Selasa, 22 November 2011

No Kissing Please

Manusia tetaplah manusia. Berstatus apapun ia.

13 September 1993. Bill Clinton adalah Presiden Amerika Serikat ke-42.
Ruang Biru lantai utama Gedung Putih. Matahari masih bersinar hangat pada hari-hari terakhir musim panas. Inilah momen yang akan disaksikan jutaan orang di seluruh dunia. Sekitar 2500 undangan tak sabar menyaksikan langsung peristiwa bersejarah ini. Chelsea Clinton dan keempat anak Wakil Presiden Al Gore telah meminta izin dari sekolah untuk datang telat pagi ini.

Yitzhak Rabin Perdana Menteri Israel dan Yasser Arafat Ketua PLO berada di ruang lain. Sebentar lagi mereka akan menandatangani perjanjian perdamaian baru, Israel-Palestina. Bill Clinton berada di antara keduanya.

Arafat seperti biasa, muncul dengan pakaian khasnya. Kopiah hijau zaitun dan senjata melekat di pinggang. Clinton berbisik, mengusulkan untuk menanggalkan senjata karena penampilan itu akan merusak kesan perdamaian selain tempat itu memang sudah aman. Arafat mendengarkan Clinton.

Kepada Rabin, Clinton mengingatkan bahwa setelah penandatanganan, kedua belah pihak harus berjabat tangan. Dengan demikian dunia menyaksikan bahwa mereka benar-benar telah berdamai.

“Baik. Tapi tidak dengan ciuman,” jawab Rabin tegas. Ia mengingatkan kebiasaan Arafat, yang selalu hangat dengan salam tradisional orang Arab, mencium kedua pipi setelah berjabat tangan.
Diam-diam Clinton mendiskusikan masalah kecil ini dengan Hillary dan beberapa yang lain. Tony Lake memberi ide segar. Setelah penandatanganan, Clinton pertama akan menjabat tangan Arafat. Lake berasumsi, kalau Arafat tidak mencium Clinton, bisa dipastikan ia pun tidak akan mencium Rabin.

Lalu mereka mempraktekkan. Lake berperan Clinton, Clinton berperan Arafat.
Saat Clinton menjabat tangan Lake dan berusaha mendekat, Lake menaruh tangan kirinya di lengan kanan Clinton, memberi tekanan yang menyebabkan siku sedikit menekuk, sehingga Clinton sulit bergerak. Akibatnya, jabat tangan selesai tanpa ciuman.

Mereka berlatih sekali lagi. Sekarang Clinton berperan dirinya. Berhasil. Kemudian kerumunan kecil itu bubar setelah tertawa ramai karena masalah telah selesai.

Kini tibalah saat yang mendebarkan. Ketiga delegasi menandatangani perjanjian. Clinton menyalami Arafat, kemudian Rabin. Setelah itu Clinton mempersilakan kedua pemimpin bersalaman. Jabatan tangan terjadi, tanpa ciuman. Wajah Rabin melembut. Mata Arafat bersinar senang. Ruangan dipenuhi tepuk tangan.

Arafat wafat pada 11 November 2004 pada usia 75 tahun. Rabin pada 4 November 1995 pada usia 73 tahun.

Dari buku My Life oleh Bill Clinton.

18 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar