Kamis, 17 Desember 2015

Bukan Dramaturgi



Bukan Dramaturgi
Suka&Duka 30 tahun persahabatan
Oleh Ita Siregar, dkk. 



Terinspirasi oleh Teori Dramaturgi Erving Goffman, tentang panggung depan dan panggung belakang manusia dalam interaksinya, 10 fikomers 85 (mahasiswa fakultas ilmu komunikasi angkatan 85 Unpad Bandung) menulis cerita perjalanan persahabatan selama 30 tahun. Menampilkan panggung depan apa adanya. Cerita dimulai tahun 1985 di kampus Sekeloa, tingkah polah mahasiswa dan respons terhadap para doses saat itu, yang lucu dan polos, nama-nama yang disebut dalam cerita ini, ada yang menjadi negarawan, tokoh media, dll. Di ujung tahun 2015 mereka bersepakat meluncurkan buku “Bukan Dramaturgi”. Sebuah pengakuan jujur satu sama lain sebagai teman dengan ketulusan hati. Saling membahu untuk kebersamaan. Karir fikomers tersebut kini ada yang sebagai manager, dosen, penulis, PNS Dinas Sosial, pebisnis, EO, ibu yang hebat, pendamping suami, konsultan perpustakaan, dan satu orang jurnalis di antara mereka yang sudah meninggalkan dunia fana ini. Satu fikomers menceritakan kisahnya berjuang membunuh kanker dengan sikap luar biasa. Salah satu yang lain, Ita Siregar, penulis buku ini, mengisahkan jejak kepenulisannya bahkan sebelum ia tahu apa itu menjadi penulis. 
Berikut secuplik seputar kuliah.
Ulani mengaku sering tidak mengerti apa yang dikatakan Pak Onong saat memberi kuliah. Waktu itu beliau baru saja kembali dari Amerika Serikat setelah menamatkan PhD komunikasinya di sana. Apalagi dengan suaranya yang pelan saat berbicara alias ngaheos kalau kata orang Sunda, membelai mata untuk mengantuk. Lisda masih mengingat gaya bicara dengan kedua sudut bibir yang mengumpulkan ludah setelah beberapa waktu berbicara. Buku PIK-nya menjadi buku wajib di kampus Fikom, sampai sekarang

Dosen Pengantar Ilmu Hukum (PIH), seorang Tapanuli, mengajar dengan cara membacakan materi. Ini cocok buat Lisda yang senang mencatat, ngagudrud. Suaranya lantang berdiri di podium kelas. Beliau tidak membiarkan diri berinteraksi dengan mahasiswa. Tubuhnya tinggi langsing, rambutnya keriting seperti rambut Ita. Ulani setiap kali geli melihat tubuh Lisda yang meliuk liuk mengikuti gerakan tangan menulis. Ketika Lisda mendapat nilai B untuk PIH, dia berkomentar, upah mencatat. 

Masih segar dalam ingatan dosen yang gemar mengucapkan kata-kata bijak, early to rise early to bed make a man healthy, wealthy, and wise. Dialah Pak Benyamin, dosen manajemen, asli Ciamis. Mungkin seluruh angkatan tertular dan hapal perkataan itu. Beliau menegur mahasiswa yang menggulung lengan kemeja panjangnya, dan berkata, kamu harus menghargai jasa tukang jahit yang sudah membuat lengan baju yang panjang. Beliau sengaja menyebut nama mahasiswa yang ia rasa aneh, diplesetkan. Ia memanggil Zulfebriges menjadi Zuljabriges. Jabrig dalam bahasa Sunda artinya gondrong.

Terimakasih, Pembaca.
Beberapa komentar ini bikin semangat! Di antara kami pun saling nanggap, apa yang dulu tak jelas, terungkap. Ingatan-ingatan muncul, cerita-cerita baru berkembang. Ahai. Semoga buku BD ini bermanfaat.
Nice book. (Yusak, suami Jenni)
Kok bagian Mamah ngejar-ngejar aku nggak ditulis? (Taufik, suami Wenny).
Menarik. Yang bikin nangis cerita "Michelle". Yang bikin ketawa "RGG". Yang bikin bikin penasaran "mimpi" Ita. Cerita Wenny menjelaskan semua cerita dulu. Saya pikir akan baca dikit-dikit, tapi penasaran, saya baca sampai jam 23.53, selesai. Haha... “(Amy Meilani, Jurusan Humas, Fikom 1985)
Saya baca berkali-kali dan tiap kali masih terharu. Baca bagian Wenny, Dina, Lisda, Jenni aku nangis. Ita bilang Mamanya tak pernah ke Bandung menengok. Tapi aku pernah sekali ketemu Mamanya Ita di Sekeloa. Wajah dan rambutnya mirip Ita. Dari mana perumpamaan seperti ikan itu? Aduh, dalam sekali maknanya. (Ho Lian, salah satu tokoh dalam buku)
Membaca buku BD, senang, sedih dan terharu. Jadi pengen ngobrol. (Teh Yanti, teman Jenni)
Saya malas baca buku tapi penasaran sama BD, mbaca sampai reumbay cipanon. (Ci Pipin, Cici Jenni)
Seru banget. Semalam saya baca sebagai pengantar tidur, eh nggak bisa berhenti sampai tamat jam 2 pagi. Bacanya jadi bisa ikut bernostalgia. Selamat untuk persahabatan yang tetap langgeng selama 30 tahun ini. A precious thing to be grateful. (Wieda, Fikom 85)
Libur pagi ini, segelas teh Tong Tji dan Bukan Dramaturgi yang tamat dibaca. Bukunya keren, hidup na meni berwarna. (Meidina, Penerangan Fikom 85)
You still got the move. Gaya penulisan yang selalu kukagumi. “.... seperti ikan di laut, aku diliputi air asin tapi aku sama sekali tidak asin.” (Mino Situmorang, Jakarta)
Nangis pas cerita Mbak Wenny dan ibunya. Jurusan komunikasi angkatanku juga punya sebutan, unggulers karena kami unggul... hahaha. Narsis poll. Adik tingkat kami mencibir waktu dengar nama ini. Tapi, nama adalah doa. Beberapa sudah membuktikan kami cukup unggul. (Indah Rahma, Solo)
Kisah-kisah kehidupan yang menarik. Betapa banyak kisah menarik di dunia ini. Semoga menjadi berkat bagi yang bersangkutan dan bagi orang lain. Ada kisah asyik, tapi waktu mengalaminya, pastinya nggak asyik. (Setya Budi, Jakarta).
Uing ceurik baca buku BD. Tapi seuri waktu baca soal si Abeh. (Yunus, suami Ulani)
Salam Bukan Dramaturgi.
(Tertarik membeli hubungi 0815-1653447) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar