Rabu, 16 Juni 2010

Video Mesum vs Maria

GKI Layur, Minggu 13 Juni 2010

Pukul 9 pagi. Udara segar dan matahari masih hangat. Saya datang tepat waktu, duduk di sayap kanan, ketika seorang perempuan muda sedang mempresentasikan kegiatan gereja menginap di satu tempat.

Saya baca di warta jemaat, Pendeta Imanuel Kristo yang akan berkotbah. Saya sering mendengar suaranya di Radio Pelita Kasih, memberi kata-kata penggugah semangat. Ketika melihatnya di mimbar, perkiraan saya tentang wajah dan fisik beliau sedikit meleset. Suara ternyata berpengaruh terhadap imajinasi kita tentang seseorang ya.

Seluruh pembacaan Alkitab pagi itu terkait soal pengampunan. Dimulai dari Daud yang tiba-tiba penuh niat bulus membunuh salah satu tentaranya Uria, yang bahkan sedang berperang, karena dia matanya telah tepincut kemolekan istri si tentara, Batsyeba.

Pendeta Kristo membuka kotbah dengan mengaitkan pembacaan dengan topik aktual yang sekarang ramai dibicarakan, yaitu kasus video porno yang melibatkan Ariel-Luna Maya-Cut Tari. Media giat sekali memberitakan ’dosa’ ketiga orang itu, bergembira karena berita panas itu pastinya menjual dan rating infotainment menjadi tinggi.

Lalu kasus masa kini itu dikaitkan dengan pembacaan pagi itu, 2000 tahun lampau di zaman Yesus, kisah legendaris perempuan yang meminyaki kaki Yesus. Kisah fenomenal itu dicatat karena pastinya telah memberi banyak pelajaran. Waktu itu Yesus sedang menghadiri undangan makan di rumah seorang Farisi. Orang Farisi adalah pecinta keindahan, orang terhormat di zaman itu, orang yang hapal hukum taurat dengan baik, dan ekonominya mapan. Dalam acara makan bersama Yesus itu tentunya dia mengundang orang-orang sekelasnya.

Tiba-tiba nyelononglah seorang perempuan masuk, mungkin tidak terhindarkan screening oleh penjaga di pintu depan. Gerakannya cepat, matanya mencari-cari wajah Yesus, yang mungkin mudah dikenali karena kesederhanaan pakaiannya dibanding para Farisi itu, langsung berlutut di hadapan Yesus dan tanpa berbicara ia mengeluarkan buli-buli berisi minyak.

Pastinya pemilik rumah geram melihat perempuan tak diundang itu, yang tidak masuk dalam rencananya. Ia mulai berpikir reputasinya akan terganggu dengan kehadiran perempuan itu di dalam rumahnya. Dia ingin mengusir perempuan ini ke luar, tapi tertahan karena dia melihat Yesus menerima kedatangan perempuan itu dengan baik. Setiap orang di ruangan itu mengenal status si perempuan. Alkitab mencatat perempuan itu seorang berdosa. Kalau zaman sekarang, mungkin seorang pelacur, bahasa resminya pekerja seks komersial . Bisa saja beberapa pembesar yang hadir kaget melihat kehadiran perempuan itu, mengingat dia juga pernah ’memakainya’. Beragamlah ketidaknyaman atmosfer yang tumbuh ketika seorang berdosa hadir di kalangan ’orang suci’.

Pemilik rumah itu mengomel kepada Yesus di dalam hatinya, ”Kenapa dia diam saja? Katanya dia nabi. Seharusnya dia tahu dong siapa perempuan ini?” Makna lain dari perkataan ini adalah, kenapa dia tidak segera mengusir si pendosa ini dari rumahku?

Perempuan itu segera mengoleskan minyak wangi itu ke kaki Yesus, harumnya semerbak ke seluruh ruang. Lalu ia membuka tudung kepalanya, agar ia bisa menyeka kaki Yesus dengan rambutnya yang panjang. Yesus diam menyaksikan perempuan itu melakukan semuanya sementara orang-orang sudah saling berbisik. Yesus tidak mempedulikan mereka, malah ia menoleh ke arah muridnya, Simon, yang mungkin juga khawatir dengan ketenangan Yesus pada waktu itu. Yesus bercerita tentang sebuah perumpamaan tentang orang yang diampuni hutangnya. Yang paling berbahagia adalah orang yang paling banyak berhutang. (Saya membayangkan Simon pucat, antara menggangguk-angguk mengiyakan perkataan gurunya Yesus dan merasakan kasak-kusuk di ruangan itu).

Pendeta Kristo berkata, masyarakat telah dengan cepat memberi cap terhadap pelaku video medium Ariel-Luna. Hukuman sosial segera diberlakukan dan membuat image terhadap artis yang bersangkutan menurun, iklan dan acara yang menampilkan wajah mereka kini tidak ada lagi, kontrak-kontrak dibatalkan, bahkan satu pemerintah daerah mencekal kedatangan mereka ke kota mereka. Status baru telah dibangun: saya lebih bermoral dari kamu.

Pendeta Kristo menyebut apa yang dilakukan Maria adalah sebuah tindakan yang jauh dari kepantasan meski apa yang dilakukannya menemui Yesus adalah sebuah pengorbanan. Dia memberanikan masuk ke dalam rumah itu saja sebuah keputusan yang langka. Mungkin dia kenal betul seperti apa golongan Farisi. Ketika dia membuka tudung kepalanya dan memperlihatkan rambutnya menyeka kaki Yesus, adalah simbol pengungkapan diri seluas-luasnya dan membiarkan orang menilai dengan bebas. Dan Yesus menganggapnya sebagai tindakan yang akan dilayakkan, layak mendapat pengampunan. Suatu tindakan merendahkan diri yang tidak pernah sia-sia.

Dalam kasus Daud, yang sama sekali tidak sadar dosanya sendiri, bahkan ketika Nabi Nathan mengilustrasikan cerita orang yang mempunyai domba lebih banyak, mengambil domba dari orang yang lebih miskin, dan dengan segera Daud bersabda: orang itu harus dihukum mati! Lalu Natan menjawab: Ya, itu elu sendiri yang harus mati! Barulah Daud sadar. Ketika Daud mengaku dan bertobat di hadapan Tuhan, Tuhan tidak mengungkit-ungkit kesalahan itu. Dia tidak kekurangan kasih dan pengampunan.

Pendeta Immanuel mengakhiri kotbah dengan berkata orang yang berbahagia adalah bila saling memaafkan. Kasus video mesum itu masih dibicarakan hingga hari ini di media dan entah akan berakhir di mana. Betapa kita hanyalah masyarakat reaktif yang terampil dan cepat tanggap dalam menunjuk dosa yang lain. Saya ingat peribahasa, tidak peduli burung-burung beterbangan di atas selama burung itu tidak membuat sarang di kepala kita. Saya adalah pendosa, seperti halnya Ariel-Luna-Cut, maka sepenuh jiwa, maafkanlah saya Tuhan.

Menyambut kotbah, paduan suara HKBP Male Choir dari Pondok Bambu menyanyikan lagu Miracle-nya Whitney Houston dan Mariah Carey dengan empat suara, lalu interlude syair dan pujian berbahasa Gerika (Yunani). Pagi yang menyegarkan. Dalam acara ramah tamah selepas gereja, senang bisa bertemu dan ngobrol dengan Imelda Bukit dan Naomi Jayalaksana.

Itasiregar, 15 Juni 2010

1 komentar: